Manager Versus Assistant,,,,????

Belakangan ini hubungan saya dengan si Bos (sebut saja begitu ya,,,) agak memburuk,,,, dan kemungkinan akan semakin memburuk jika dilihat dari perkembangan komunikasi kami yang semakin hari semakin parah. Saya merasa tahap ini adalah tahap deadlock dalam hubungan antara saya dengan siapapun atau apapun, bagaimana bisa kami memperbaiki suatu kondisi yang tidak nyaman ini jika komunikasi saja sudah gagal dilakukan.
Terus terang saya gerah sama kondisi ini, tapi apa mau dikata saya belum menemukan tempat lain untuk menampung saya, memberikan upah yang sesuai dengan kinerja saya (ok,, ok,,, this is absolutely not a good way to solve the problem this just my shortcut way hehhehe)

Sebenarnya yang akan saya bicarakan bukanlah tentang hubungan saya dengan si bos, melainkan hubungan professional saya sebagai “manager “ rumah tangga dengan si mbak “asisten” saya di rumah..
Sungguh, apa yang terjadi pada saya di kantor menjadi cermin buat saya dalam menjalankan profesi saya tersebut.
Sebagai gambaran, tugas rutin asisten saya ini adalah mencuci dan menyetrika baju, membantu ibu saya untuk menyiapkan makanan untuk keluarga (khusus untuk Bintang saya yang handle), membuatkan sarapan pagi, menyapu dan mengepel lantai,membuang sampah, serta main bersama bintang (damn, banyak banget ya,,,harusnya si mbak gajinya lebih dari yang sekarang dia peroleh, bayangkan jika semua itu harus saya yang turun tangan, bisa semaput saya,,,)
Dengan “absolute power” yang saya punya, tentu saja saya bisa dalam sekejap merubah kebijakan saya, misalnya jika saya perlu dia untuk membantu menyiapkan sarapan mie ayam, maka jadwal mencucinya(yang saya jadwalkan di pagi hari) harus mundur dari biasanya, sehingga kemungkinan cucian tidak kering hari itu dan beban setrika menumpuk di esok harinya. Merubah rencana saya hari ini, yang tadinya hanya leyeh-leyeh dirumah berubah jadi window shopping ke pusat perbelanjaan, ataupun mengenai peraturan yang ditegakkan di rumah, memintanya bekerja lembur jika saya harus keluar kota (biasanya si mbak selesai tugas jam 18.00, dan bisa menggunakan waktunya untuk melakukan apa saja yang disukainya, biasanya sih dengan bertelepon ria dengan teman-temannya).
Menyadari hal ini, saya jadi tercenung dan berpikir, lalu apa bedanya saya dengan si bos?? Semua hal yang saya tuliskan di atas adalah semua hal yang saya benci (baca: tidak sukai) dari si Bos, kebijakan yang selalu berubah-ubah dan ditegakkan sesuai “kebutuhan sang Bos”, sering lembur mendadak, mengubah rencana meeting dengan client untuk rapat internal –yang kurang lebih sama setiap minggunya-,,,sehinga terkesan cerewet,,,dan semua itu dilakukan dengan “kesadaran penuh terhadap Powernya”
Nah, mirip kan dengan apa yang saya lakukan? Lalu saya mendadak jadi miris teringat si mbak yang baik hati ini, apa ya yang dia rasakan selama menjadi asisten saya, menderitakah dia? Atau marah juga kah dia pada saya seperti saya marah pada si bos? Walaupun sebenarnya saya beranggapan saya lebih baik dari sang bos (hehehe), at least saya selalu minta maaf saat saya mendadak harus merubah rencana saya yang akan mengganggu kerja si mbak, atau sms yang saya kirimkan untuk minta bantuannya menyiapkan air panas untuk mandi saya jika pulang dari luar kota, juga selalu di awali dengan kata tolong, please atau maap ya mba, dan selalu diakhiri dengan terimakasih ya mbak,,,
Tapi itu semua kan bukan berarti pembenaran terhadap perilaku saya sebagai “atasannya” si mbak, tidak cukup! tetap saja itu termasuk kategori perlakuan yang buruk.
Jadi mulai sekarang saya sudah bertekad untuk merubah semua hal buruk yang saya punya termasuk dalam hubungan saya dengan si mbak assisten saya yang baik hati itu, saya ingin membiarkan dia melakukan banyak hal, berbahagia tinggal bersama saya, merasa saya menjadi bagian keluarganya juga, seperti saya juga menganggapnya, dan tentu saja sayang sama Bintang kami.
Oia saya juga jadi berpikir kenapa ya saya begitu marah pada si bos?kalau ternyata saya juga melakukan hal yang “sama”. Mungkin saya marah karena merasa terpinggirkan dengan power yang dimiliki bos, saya merasa tidak diberi cukup ruang untuk menuangkan ide saya, memberi masukan, berdiskusi dengannya instead of listening what he said,,,, entahlah, tapi tolong doakan saya segera dapat mengatasi masalah ini (baca: pindah kerja,,,hehehh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment, please,,,,