tiga episode

waktu pertama kali dikompori buat bikin Blog, saya sudah dalam-dalam berpikir bahwa halaman-halaman ini hanya berisi curhat saja.

Kadang-kadang pengen deh bikin tulisan yang sarat ilmu dan "berisi", tapi apa daya kemampuannya memang masih nol.

Setiap kali ada keinginan menulis, itu pasti karna ada yang mengetuk-ngetuk di sudut hati,,, tidak tahan untuk di bendung,, jadinya ya begini,,, curhat.com,,, seperrti berikut

Episode 1,,,,

(dalam hati)Kasian sekali Bapak Tua ini, setiap hari saya menemukannya di ujung Halte Transjakarta Patra Kuningan dengan muka menyedihkan,,, seringkali saya menimbang untuk memberikan sekedar uang kecil untuknya,,, tapi saya ragu, bukan pelit, hanya tidak ingin "Wrong Treatment".
Hingga suatuhari,,,,, juederrrrrrr!!!! musnah semua perasaan sedih saya ketika saya melihat ironi di pagi itu.
Saya yang tergopoh-gopoh telat ke kantor, Si Bapak Tua dengan wajah memelasnya itu, dan,,, seorang Mbah-mbah perempuan, Tua, rambutnyapun putih semua, mungkin 10 sampai 15 tahun lebih tua dari si Bapak, menggunakan kain kebaya, duduk disamping si Bapak Tua,

Yya persis di sampingnya, dan memberikan ironi dalam...
karena sebuah keranjang yang berisi penuh buah mangga dagangannya,,,,
that's it,,,, kesimpulannya,,,,,life is about strugle!

Episode 2,,,
Tercengang-cengang saya,,, ada seseorang yang baru saja memasuki stage baru kehidupan saya, maksudnya saya baru kenal dan kami baru saja memulai hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati. hingga di suatu hari,,, gedubrakkkkk,,, dia dengan sengaja mematahkan Possitive way di mata saya tentang dirinya,,,,,
(Cuma) karena melarang saya,,,, (saya lebih suka menyebutnya mengebiri saya) membina hubungan baik dengan pihak lain (yang tentu saja sudah lebih dulu saya kenal dengan baik),,,
Dengan alasan yang dibuat-buat (menurut saya) dan tidak masuk akal,,,,untuk proteksi dirinya,,,
saya amat sangat jengah dengan alasan itu,,,, sampai rasanya tidak tahan melanjutkan "jalan cerita" saya di tempat ini. gantung,,,,,

Episode 3,,,
Ibun ga ucah keja (Ibun ga usah Kerja),,,,
Mulai tersedu-sedu menangis,,,
Ga ucah ekim (ga usah ice cream), ga ucah mimik mo (Ga usah Susu UHT), ga ucah mainan, ga ucah Kuding (ga usah puding),,,,
Ibun ga keja aja,,,,
menetes-netes airmata di pipi mungilnya,,,,
Perihhhhhhhhhhhh,,,,,,
Sangga, kalaupun Ibumu ini terlihat materialistis dimata bocahmu saat ini, karena lebih memilih "uang" daripada menemani mu bermain,,,,
Tapi sejujurnya hanya 10% dari bekerja ini untuk Ibumu sendiri (termasuk didalamnya menjadi "hanya seorang Dini", mengaktualisasikan diri, tetap bright dan update sehingga mampu menemani Ayahmu dalam menjalani kehidupan, dll) sisanya hanya karena untuk mu Nak, untuk Sangga.....

sixth Sense

Pernah nonton film judul di atas kan? kayanya sempet booming juga ya pada masanya. Waktu itu yang mempunyai sixth sense adalah seorang anak kecil lelaki, yang jadi paranoid setengah mati, dan putus asa juga karena sang Ibu sempat menganggap dia mengada-ada.

Lalu serial televisi The Ghost Whisper? Tau kan cerita seorang perempuan muda yang secara genetis (?) mampu melihat dan berkomunikasi dengan 'dunia lain', si perempuan bisa diganggu arwah yang jahat dan menakutkan sehingga membuat dia jadi mengurungkan niatnya untuk punya baby, karena takut si anak mengalami hal serupa.

my Baby, my beloved one, tadi pagi sekitar jam 03.00 membangunkan saya, kebetulan suami menginap di kantor,
"bun, ini apaan ya?"kata suara cadelnya
"apa nak?" saya menjawab sambil tetap terpejam
"ini putih-putih" katanya
"ga ada apa-apa sayang, bobo lagi yuk, sini Ibun peluk"
Sangga menurut dan tidur lagi.

Lalu sekitar jam 04.30 saya dapati dia sudah terbangun tapi masih ditempat tidur,
"Bun, ini Ciapa cih?"
"mana sayang?"
"ini (sambil nunjuk ruang kosong) putih-putih, lompat-lompat"
"ga apa-apa nak, Jangan ganggu Sangga ya" saya setengah mengancam
"Apaan Bun? lompat-lompat!" sumpah mati jika yang bicara ini bukan anak ku sayang, saya pasti sudah lari terbirit-birit terkencing-kencing mungkin.
"Ga tau sayang, tapi ga apa-apa kok" saya sampai heran suara saya bisa setenang itu.
"apaan bun?"Sangga tidak kelihatan takut, tapi ingin tau
"Ibun juga ga tau sayang, kita tanya kakek aja yuk?" Sangga segera melompat ke gendongan saya.
Kami berdua segera berlari ke kamar Eyang dan Kakek.
Sangga tetap ceria, dan bercerita kepada Kakek, kalau tadi ada yang putih lompat-lompat.

Saya ini adalah orang yang paling penakut sama hal-hal yang seperti itu, tapi demi Sangga saya harus berani, bahkan saya menantang, jangan beraninya sama anak kecil dong,,,,

Ada yang tau cara mengatasi sixth sense ini? saya ingin menghilangkan dari Sangga.

si Rifki,,,

Sahabat semasa kuliah saya(diantara banyak sahabat saya), namanya Rifki, sampai sekarang kami masih bersahabat baik.

Sudah bisa saya sebut sahabat sepanjang hidup saya, bahkan setelah hijrah ke Jakarta pun saya jadi bersahabat juga dengan Ibunya (yang keliatan galak, padahal perhatian dan baik).

Rasanya sih baru sebentar, mungkin karna kami mulai jarang bertemu sejak saya lulus, rasanya baru beberapa hari yang lalu saya meninggalkan "masa kejayaan" ketika kuliah di Jogja dulu. Tapi sebuah tulisan di blog sahabat saya itu mengingatkan saya, bahwa tidak kurang dari 10 tahun saya telah mengenalnya.

Saya sengaja menulis cerita tentang si Rifki ini, sebagai pembuka cerita saya selanjutnya, padahal seterusnya sih teteup me and my life around.

Karena biasanya sahabat-sahabat saya merupakan "reminder" buat kelakuan saya, dan kata-kata mereka yang bisa jadi pahit atau pun bijak selalu jadi bahan perenungan saya (meskipun seringkali di depan mereka saya adu argumen dan tidak terima, but guys i do consider).

Nah, sejak mengenal Rifki rasanya belum pernah selama berbulan-bulan saya menerima "gelombang protes" yang sama, yang itu-itu saja dari Rifki.


Tidak hanya dari komentarnya di blog saya, tapi juga sindirannya di milis (i knew it!hehhee), di saat chatting juga, dan mungkin juga sudah berkali-kali ketika dia melihat profile saya si friendster,,, (huuuu geer ya ki)


mau tau isinya?? Dini sekarang jadi KEIBUAN atau dalam bahasa pergaulan kami sehari-hari "Ga lo banget deh din" hehhehe.


Tadinya saya biasa saja, sampai kemudian ada seseorang juga dari masa lalu berkomentar demikian, lalu banyak juga yang merasa heran takjub melihat saya hapal jadwal imunisasi bayi, atau kagum dengan ilmu inisiasi menyusu dini nya Dini hehe. atau yang begitu-begitu lah


Berarti saya memang berubah,,, (tapi tambah maju kan??-sekaligus mematahkan anggapan Ibu rumah tangga akan menjadi semakin bodoh- hehehheh). Anda pembaca, yang mungkin tidak mengenal saya sejak awal jangan bingung. Saya menanggapi wajar "protes" sahabat-sahabat saya tersebut.

karena, asal muasal, saya adalah siswi SMU teladan yang sering ngobrol di jam pelajaran, paling bahagia jika harus bolos pelajaran dengan alasan rapat osis (dan adalah satu-satunya perempuan di sekbid 7 -olahraga dan seni), tidak pernah lupa nyontek menyontek dikala ulangan, biasanya dibenci guru-guru ilmu sosial karena hobi mengobrol tadi, sering dsuruh maju oleh guru kimia untuk alasan yang sama - mengobrol di kelas-

Lalu sejarah berulang ketika menjadi mahasiswi di UGM jurusan Teknik Sipil, bahkan semakin menjadi-jadi, saya mungkin satu-satunya mahasiswi yang membawa motor (shogun lungsuran kakak saya) dengan suara knalpot yang aujubile bikin sebal orang yang tidur siang, super kumal lagi. Lalu saya jauh dari kesan feminin, (bayangkan,,, untuk kesan saja saya jauh,,, apalagi menjadi feminin) sehari-hari saya menggunakan kemeja (biasanya kotak-kotak--- wueeyyyy ini seragam UGM lagi), jelana jeans, dan sepatu keds, itu saja.


Bahkan dalam sejarah perkantoran, saya juga dikenal jauh dari kesan feminin, saya atlit basket (weyy) padahal tidak jago, cuma modal body, saya cuek. Bahkan ketika pacaran dengan suami saya sekarang dia sering berkomentar : "masih untung deh, saya ketemu kamu ga bawa-bawa penggaris besi lagi", itu lho penggaris yang sering digunakan tukang bangunan atau tukang kayu, karena memang saya punya penggaris itu di kamar kos saya. parah ya?


Lalu di suatu hari yang istimewa, sangat istimewa, tanggal 4 April 2007, jam 5.30 pagi, ketika pertama kali saya mengecup pinggir mata kiri Sangga Arsa Radin, hidup saya berubah.


Jika sahabat-sahabat saya masih mengingat, ketika mereka datang untuk berbagi bahagia dengan kami, saya pernah berkata : sejak hari itu, kehidupan yang ada dibelakang saya sebelum Sangga lahir serasa jauh dibelakang, serasa sudah lama sekali berlalu di belakang.


Dan itu yang sesungguhnya terjadi, euforia yang saya rasakan ketika melihat mata dan senyumnya, eureka!! saya jatuh cinta, totally in love. Saya paranoid, ketakutan jika bukan hal yang terbaik yang bisa saya pilihkan untuknya, saya betul-betul candu pada kehadirannya, tangan mungilnya, wajah tampannya, betul-betul saya belum pernah mengalami peristiwa aneh seperti ini.

Demi Sangga lah, seluruh hidup saya dedikasikan, untuknya saya tidak akan jadi Mommy yang bodoh, untuknya saya tidak akan menjadi mommy yang tidak mengerti tentang tumbuh kembangnya, saya ingin menjadi mommy yang pintar, bijak, dan bisa menjadi ibu yang dibutuhkan Sangga di segala usia, segala iklim, segala cuaca.

Tekad itu kemudian mendarah daging, menjelma dalam seluruh tindak tanduk saya, meski mengantuk dan capek, saya tidak pernah membiarkan Pembantu menyiapkan makanan Sangga, saya mati-matian menyimpan ASI dikantor, membawa segambreng peralatan pompa ASI, termos Es, Botol susu dan menghabiskan berbal-bal tisu supaya hyginic.

Saya begitu mencintainya, dan saya rasa semua Ibu akan begitu, kadang sampai harus diingatkan suami untuk tidak lupa pada diri saya sendiri.

Well, yeah saya juga harus mengingat kepentingan saya sendiri, punya waktu untuk diri saya sendiri, saya akui itu, tapi untuk saat ini saya begitu, begitu menikmati peran saya sebagai Ibu, belum pernah terasa menyerah meski capek, mudah-mudahan tidak pernah.

Jadi sahabat, sebenarnya saya masih Dini yang dulu, hanya saja kali ini saya sudah "meng up grade" ilmu saya, dan terus ingin di Up grade. Dan saya masih Dini yang gokil dulu, Dini yang gila dulu, Dini yang metal dulu,,,, hanya saja punya cita-cita yang lebih besar dari saya, Membesarkan Sangga, sukses mengantarnya ke gerbang cita-cita, mampu menemaninya mengisi hari menjadi anak yang sehat dan bahagia,,,, jiwa dan raga,,,,

pagi yang tidak enak

belum sempat cerita banyak, tapi pagi ini pagi yang emosional sekali buat saya,,,

setelah setengah memaksa Sangga untuk cepat terlelap, padahal dia menahan-nahan kantuk, melupakan lelap, menjaga saya, supaya saya tidak pergi meninggalkannya ke kantor.

son, you know what, for Godsake, in everymorning you are crying on me, begging for not leaving you at home,,, in everyday, allday i feel mourn in every single second when i remind that time, when you gave your hand, but i could not make it,,, that punished me all the time Son,, I'm not forcing you to understand this,,,, but i do wish, someday you know, exactly know, i want to be by your side alllllll the time,, but we could not,

Setelah ia tertidur, masih sedikit tertidur, belum terlalu lelap, saya bergegas bangun meninggalkannya berangkat ke kantor. kali ini karena suami belum pulang dari "istri kedua" nya (biasa weekly deadline) saya bergegas-gegas naik angkot, baru saja hendak menyeberangi jalan kecil, tiba-tiba, gubrakkkkkk, dua sepeda motor beriringan bertabrakan. satu vespa (saya tidak jelas warnanya apa) dan satu lagi motor bebek biasa warna hitam

Yang mengendarai vespa seorang laki-laki muda, selanjutnya kita sebut si Mas, sekitar 17 tahunan bertubuh agak gempal, dan penabraknya dari belakang adalah yang mengendarai motor bebek, bapak-bapak,selanjutnya kita sebut si Bapak, brewokan, hitam, bermuka kasar, mata sedikit merah bersama seorang anak kecil perempuan, mungkin usianya baru menginjak 5 tahun, sangat mungil, dan kurus.

ketika si Bapak menabrak vespa di depannya, otomatis kedua motor berbarengan rubuh, si anak yang duduk nyempil di antara Bapak dan stang motor, ikut terjatuh dan terduduk di aspal, saya tidak bisa memastikan apakah sebagian tubuhnya terjepit di motor, karena perhatian saya tersedot oleh kelakuan minor si Bapak.

you know what,,, dengan badan berotot dan tinggi agak di atas rata-rata orang Indonesia, si Bapak segera bangun berdiri dan melangkahi anaknya yang masih terduduk di tengah jalan, di antara dua motor dan keranjang-keranjang buah yang kebetulan di bawa si Mas (hey bukankah tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini?), dan segera menarik kerah baju si Mas, dan dengan bertubi-tubi dan kasar dia memukul menendangi si Mas.

I hate that episode so much,,, i hate it for two reason one is for the violence and the other is for poor li'l girl.

Gila tuh bapak ya,,,, bukannya segera mendirikan anaknya, menanyakan kondisinya yang keliatan ketakutan, malah memenangkan egonya, memuaskan kehendak hatinya dengan menyerang si Mas, melupakan akal sehatnya,,,,,

saya marrrrraaaaah sekali, sampai ikut-ikutan gila dan berteriak-teriak : "Pak anaknya di liat dulu" begitu saya berulang-ulang berteriak, dan untunglah ada si abang sayur langganan saya menghampiri si adik kecil (ga rugi gw langganan ma lo bang,,, halah ga nyambung) mengajak si adik berdiri. Si Bapak setengah sadar, kemudian berbalik menyeret kasar lengan kurus anaknya, dan kembali memuaskan nafsu buasnya memukuli si mas yang ketakutan setengah mati.

Saya tetap berteriak-teriak tidak ada guna, bodoh dan norak, sementara orang-orang bertindak saya masih saja berteriak-teriak,
"pisahin bang, pisahin, pegangin tuh Bapak, gila ya, bukannya anaknya yang di urusin"
sampai akhirnya si Bapak puas, lalu meminta maaf dengan si Mas, itupun setelah dari jauh saya melihat gerak tubuh si mas yang tertunduk-tunduk minta maaf.

Akhirnya pertunjukan bubar, si mas membereskan keranjang buahnya, si anak dan si Bapak membeli roti bakar dorongan pinggir jalan, mungkin mengatasi rasa bersalahnya juga karena telah mengabaikan anaknya tadi. Bagaimanapun seorang Bapak tetaplah bapak, bukan? seorang ibu membelikan air mineral untuk si anak yang masih bengong ketakutan.

dan saya masih mengomel, masih "berteriak dalam volume kecil", kali ini berganti "pendengar" karena live on spot saya melaporkan kejadian itu kepada suami,,,,

itulah saya,,, cuma bisa ngomong saja,,,,, payah,,,