si Rifki,,,

Sahabat semasa kuliah saya(diantara banyak sahabat saya), namanya Rifki, sampai sekarang kami masih bersahabat baik.

Sudah bisa saya sebut sahabat sepanjang hidup saya, bahkan setelah hijrah ke Jakarta pun saya jadi bersahabat juga dengan Ibunya (yang keliatan galak, padahal perhatian dan baik).

Rasanya sih baru sebentar, mungkin karna kami mulai jarang bertemu sejak saya lulus, rasanya baru beberapa hari yang lalu saya meninggalkan "masa kejayaan" ketika kuliah di Jogja dulu. Tapi sebuah tulisan di blog sahabat saya itu mengingatkan saya, bahwa tidak kurang dari 10 tahun saya telah mengenalnya.

Saya sengaja menulis cerita tentang si Rifki ini, sebagai pembuka cerita saya selanjutnya, padahal seterusnya sih teteup me and my life around.

Karena biasanya sahabat-sahabat saya merupakan "reminder" buat kelakuan saya, dan kata-kata mereka yang bisa jadi pahit atau pun bijak selalu jadi bahan perenungan saya (meskipun seringkali di depan mereka saya adu argumen dan tidak terima, but guys i do consider).

Nah, sejak mengenal Rifki rasanya belum pernah selama berbulan-bulan saya menerima "gelombang protes" yang sama, yang itu-itu saja dari Rifki.


Tidak hanya dari komentarnya di blog saya, tapi juga sindirannya di milis (i knew it!hehhee), di saat chatting juga, dan mungkin juga sudah berkali-kali ketika dia melihat profile saya si friendster,,, (huuuu geer ya ki)


mau tau isinya?? Dini sekarang jadi KEIBUAN atau dalam bahasa pergaulan kami sehari-hari "Ga lo banget deh din" hehhehe.


Tadinya saya biasa saja, sampai kemudian ada seseorang juga dari masa lalu berkomentar demikian, lalu banyak juga yang merasa heran takjub melihat saya hapal jadwal imunisasi bayi, atau kagum dengan ilmu inisiasi menyusu dini nya Dini hehe. atau yang begitu-begitu lah


Berarti saya memang berubah,,, (tapi tambah maju kan??-sekaligus mematahkan anggapan Ibu rumah tangga akan menjadi semakin bodoh- hehehheh). Anda pembaca, yang mungkin tidak mengenal saya sejak awal jangan bingung. Saya menanggapi wajar "protes" sahabat-sahabat saya tersebut.

karena, asal muasal, saya adalah siswi SMU teladan yang sering ngobrol di jam pelajaran, paling bahagia jika harus bolos pelajaran dengan alasan rapat osis (dan adalah satu-satunya perempuan di sekbid 7 -olahraga dan seni), tidak pernah lupa nyontek menyontek dikala ulangan, biasanya dibenci guru-guru ilmu sosial karena hobi mengobrol tadi, sering dsuruh maju oleh guru kimia untuk alasan yang sama - mengobrol di kelas-

Lalu sejarah berulang ketika menjadi mahasiswi di UGM jurusan Teknik Sipil, bahkan semakin menjadi-jadi, saya mungkin satu-satunya mahasiswi yang membawa motor (shogun lungsuran kakak saya) dengan suara knalpot yang aujubile bikin sebal orang yang tidur siang, super kumal lagi. Lalu saya jauh dari kesan feminin, (bayangkan,,, untuk kesan saja saya jauh,,, apalagi menjadi feminin) sehari-hari saya menggunakan kemeja (biasanya kotak-kotak--- wueeyyyy ini seragam UGM lagi), jelana jeans, dan sepatu keds, itu saja.


Bahkan dalam sejarah perkantoran, saya juga dikenal jauh dari kesan feminin, saya atlit basket (weyy) padahal tidak jago, cuma modal body, saya cuek. Bahkan ketika pacaran dengan suami saya sekarang dia sering berkomentar : "masih untung deh, saya ketemu kamu ga bawa-bawa penggaris besi lagi", itu lho penggaris yang sering digunakan tukang bangunan atau tukang kayu, karena memang saya punya penggaris itu di kamar kos saya. parah ya?


Lalu di suatu hari yang istimewa, sangat istimewa, tanggal 4 April 2007, jam 5.30 pagi, ketika pertama kali saya mengecup pinggir mata kiri Sangga Arsa Radin, hidup saya berubah.


Jika sahabat-sahabat saya masih mengingat, ketika mereka datang untuk berbagi bahagia dengan kami, saya pernah berkata : sejak hari itu, kehidupan yang ada dibelakang saya sebelum Sangga lahir serasa jauh dibelakang, serasa sudah lama sekali berlalu di belakang.


Dan itu yang sesungguhnya terjadi, euforia yang saya rasakan ketika melihat mata dan senyumnya, eureka!! saya jatuh cinta, totally in love. Saya paranoid, ketakutan jika bukan hal yang terbaik yang bisa saya pilihkan untuknya, saya betul-betul candu pada kehadirannya, tangan mungilnya, wajah tampannya, betul-betul saya belum pernah mengalami peristiwa aneh seperti ini.

Demi Sangga lah, seluruh hidup saya dedikasikan, untuknya saya tidak akan jadi Mommy yang bodoh, untuknya saya tidak akan menjadi mommy yang tidak mengerti tentang tumbuh kembangnya, saya ingin menjadi mommy yang pintar, bijak, dan bisa menjadi ibu yang dibutuhkan Sangga di segala usia, segala iklim, segala cuaca.

Tekad itu kemudian mendarah daging, menjelma dalam seluruh tindak tanduk saya, meski mengantuk dan capek, saya tidak pernah membiarkan Pembantu menyiapkan makanan Sangga, saya mati-matian menyimpan ASI dikantor, membawa segambreng peralatan pompa ASI, termos Es, Botol susu dan menghabiskan berbal-bal tisu supaya hyginic.

Saya begitu mencintainya, dan saya rasa semua Ibu akan begitu, kadang sampai harus diingatkan suami untuk tidak lupa pada diri saya sendiri.

Well, yeah saya juga harus mengingat kepentingan saya sendiri, punya waktu untuk diri saya sendiri, saya akui itu, tapi untuk saat ini saya begitu, begitu menikmati peran saya sebagai Ibu, belum pernah terasa menyerah meski capek, mudah-mudahan tidak pernah.

Jadi sahabat, sebenarnya saya masih Dini yang dulu, hanya saja kali ini saya sudah "meng up grade" ilmu saya, dan terus ingin di Up grade. Dan saya masih Dini yang gokil dulu, Dini yang gila dulu, Dini yang metal dulu,,,, hanya saja punya cita-cita yang lebih besar dari saya, Membesarkan Sangga, sukses mengantarnya ke gerbang cita-cita, mampu menemaninya mengisi hari menjadi anak yang sehat dan bahagia,,,, jiwa dan raga,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment, please,,,,