Suatu malam minggu saat Sangga menyodorkan peta Dunia nya ke saya, terjadi conversation yang tak terkategori dalam benak saya. Ini penting, karena merupakan moment pembelajaran dan penanaman nilai-nilai baik untuk Sangga. lalu menjadi tidak penting, mengingat he's just 3 years old and I was too hurry to tell bout this to him.
Sangga : Ibun, ini peta apa?
Saya : Itu Peta Dunia, Sangga tau peta itu apa?
Sangga : Peta menunjukkan tempat yang hilang (Dora minded)
Saya : Betul anak Ibun hebat!!
Sangga : Ini Apa bun? (menunjuk peta Indonesia)
Saya : (bersemangat) ini peta negara kita, disini Sangga tinggal(menunjuk Jakarta), disini rumah eyang dan Kakek (menunjuk Bengkulu)
Sangga : (tampak antusias)
Saya : Ingat tidak waktu kita ke rumah kakek?
Sangga : (mengangguk)
Saya : nah waktu itu kita naik pesawat melintasi pantai barat ini, menyenangkan ya??
Sangga : Iyaaa,,, trus Ibun jatuh ya, waktu di rumah kakek,,
Saya : Hihihi iyaaaa,,, untung ga papa ya (doh masih inget juga,, hihi tengsin)
Sangga : Ini apa? (menunjuk warna peta lain di atas pulau Kalimantan)
Saya ; ooo itu M,,,,Sya
Sangga : M,,,,Sya itu apa?
Saya: Itu negara lain, sama seperti Indonesia juga.
Sangga : tetangga ya
Saya : iya, benerrrr banget itu negara tetangga kita
Sangga : Baik ga?
Saya (otomatis tersengat) enggak!
Sangga : Kenapa Enggak?
Saya : (semakin bersemangat) suka mencuri
Sangga : mencuri apa Bun??
Saya : (mulai bingung bagaimana menjelaskan "mencuri" batas wilayah, "mencuri" kesenian reog, dll, again, he's just almost 3 yo) mmmmpph (speechless)
Sangga : mencuri apa bun?
Saya : mencuri boneka (twuing2,, mulai eror)
Sangga :boneka apa bun? (oh no, he can not be stopped now)
Saya : (tanggung nih) boneka reog
Sangga : seperti yg di rumah Mbah Kung ya??(topeng-red)
Saya : iya hampir mirip seperti itu
Sangga: aku ga suka sama M.,,, sya bun
Saya : (speechless,, cengar cengir salting)
Sangga : mmmm apa seperti pemulung
Saya : (Sakeee,,, Sangga) iya,,, kurang lebih begitu (semangat campur bangga dengan pilihan katanya)
Sangga : Jahat ya???
Saya : ga semuanya siiih, tapi ya begitulah (emak oon mulai kehilangan kata-kata)
Sangga : aku takut bun
Saya : kenapa takut, kan kita benar (semakin absurd)
sangga : Sangga takut sama pemulung
Saya : ,,, (blank)
Sangga : apa mereka dekat
Saya : enggak, mereka jauh, dan tidak perlu takut, sangga kan sama ibun
Sangga : (mulai menangis),, Kakekk,, aku ga mau bonekanya di curi
Saya : sssshhhh gapapa sayang (ikut terharu,,,)
duuuhhh Nak, ketakutanmu dan ketaksukaanmu itu pada negara yg kumaksud itu sungguhlah membanggakanku. sekecil ini nak, kau sudah begitu mencintai negaramu. Mudah-mudahan nilai yang tertanam ini (meski terlalu awal untuk mu) jadi nilai nilai yang baik. bukan nilai2 chauvinisme tapi nilai berkebangsaan dan berharga diri,,
pssst,, semenjak sangga lahir, saya mengibarkan bendera merah putih di setiap perayaan 17 agustus, padahal dulu paling senang kalau ada alasan bolos upacara bendera... lihatlah yang telah kau ubah dalam hidupku Sangga,,, my inspiration, my love,,,
Surat untuk Sangga
Sangga anakku,
Sungguh tak terasa kini Sangga sudah 2 tahun 6 bulan. Mengingatmu, putra tercintaku, hatiku langsung dilumuri perasaan bangga dan cinta yang belum pernah ku kenal sebelumnya.
Rasanya begitu istimewa, segala sesuatu yang kau bawa kedalam hidupku kini hanya berisi kebaikan, merubah hampir keseluruhan hidupku. Dari hal-hal kecil saja, misalnya bangun pagi, bertanggung jawab untuk menyediakan makanan untukmu, hingga ke hal-hal besar yang belum pernah kulakukan sebelumnya, seperti menabung untuk masa depan.
Sangga sayang,
Banyak hal dalam perjalanan usiamu sekarang yang kadang membuatku meringis, ngilu. Begitu banyak hal-hal terbaik yang tak sanggup kupilihkan untukmu. Meskipun sekuat tenaga telah kuusahakan untuk mengupgrade ilmuku, tetap saja rasanya aku sering ketinggalan. Maafkan ibu yang bodoh ini untuk mengasuh ANAK secemerlang kau.
Sangga,
Maafkan Ibun, yang sering tidak bisa ada disampingmu saat kau menginginkannya, sungguh aku pun ingin selalu setiap saat ada, bersamamu, mengajarimu, membaca bersama, bermain bersama, menonton bersama, semua kegiatan favoritmu.
Tapi, apa daya Nak, ini juga bagian dari rencana besar Papa dan Ibun, mengantarmu ke gerbang sukses, membuatmu menjadi anak bahagia PALING NOMOR 1. Jadi terpaksa Ibun harus tetap bekerja, dan di sedikitnya waktu kita bertemu, aku sangat mengharapkan kebahagiaanmu.
Sangga sayang,
Seperti kata Papa, Sangga adalah bintang kejora di langit “kami”, paling terang, paling bersinar, paling cemerlang. Adalah juga tumpahan kasih sayang dari kami berdua. Cinta yang belum pernah tergali sebelumnya, tercurah semua untukmu. Tapi Papa juga Ibun hanya manusia biasa, kadang sering membuatmu kecewa, membiarkanmu menunggu, walaupun itu semua terasa lebih menyakitkan untuk kami daripada yang bisa kau rasakan.
Sangga,
Saat Papa dan Ibun jalan berdua, dan melihat remaja disekitar kami, tahu tidak? Yang kami bicarakan adalah bagaimana nantinya Sangga setelah besar ya? Kami ternyata punya concern yang berbeda, saat aku lebih membayangkan “seseorang” yang akan kau kenalkan nanti kepadaku (kau tau maksudku kan?:) ) seperti apa rupanya kelak? Pintarkah dia, sanggupkah dia membuatmu tertawa, berbahagia, menyeimbangkan hidupmu. Bahkan aku jadi sering memperhatikan gadis-gadis yang terlihat pintar dan baik, aku selalu menyisipkan doa, semoga “seseorangmu” nanti lebih baik dari itu.
Papamu selalu mengkhawatirkan hal yang sangat berbeda, yaitu saat nanti kau minta ijin untuk berpenampilan “punk” atau menindik hidung atau telingamu, atau berpakaian yang, menurut ayahmu, nyeleneh. Dia belum bisa membayangkan reaksi apa yang bisa dia berikan saat itu tiba, sudah pasti dia tidak ingin mengecewakanmu, tapi menerimamu berpenampilan seperti itu,,,pastilah tidak mudah untuknya.
Seperti halnya papamu menertawakan “kekhawatiranku”, aku pun menertawakan “kekhawatirannya”. Bagiku cukup Sangga menjadi orang baik dan bertanggungjawab , the rest, I don’t take in count!
Sangga,
Senyummu, binarmatamu, pelukan tangan kecilmu, celotehan pintarmu adalah obat dari lelah hidup ini. Satu hal saja Sangga, yang ingin aku garisbawahi : Aku dan papa mencintaimu, memperjuangkanmu, membelamu, membanggakanmu, lebih dari hidup dan nyawaku (ya, jangan salahkan kalau papamu lebih mencintai hidupku dari pada hidupnya sendiri,,, heheh that’s little secret for us, babe, dan kau adalah diatas segalanya). Jadi kami ingin kau bahagia dunia dan akhirat, ingin kau menjadi dirimu sendiri, sehat, dan cukup akan hidupmu. Dan ingatlah, kami selalu dibelakangmu, untuk setiap support dan cinta yang kau butuhkan.
Love,
Ibun
Sungguh tak terasa kini Sangga sudah 2 tahun 6 bulan. Mengingatmu, putra tercintaku, hatiku langsung dilumuri perasaan bangga dan cinta yang belum pernah ku kenal sebelumnya.
Rasanya begitu istimewa, segala sesuatu yang kau bawa kedalam hidupku kini hanya berisi kebaikan, merubah hampir keseluruhan hidupku. Dari hal-hal kecil saja, misalnya bangun pagi, bertanggung jawab untuk menyediakan makanan untukmu, hingga ke hal-hal besar yang belum pernah kulakukan sebelumnya, seperti menabung untuk masa depan.
Sangga sayang,
Banyak hal dalam perjalanan usiamu sekarang yang kadang membuatku meringis, ngilu. Begitu banyak hal-hal terbaik yang tak sanggup kupilihkan untukmu. Meskipun sekuat tenaga telah kuusahakan untuk mengupgrade ilmuku, tetap saja rasanya aku sering ketinggalan. Maafkan ibu yang bodoh ini untuk mengasuh ANAK secemerlang kau.
Sangga,
Maafkan Ibun, yang sering tidak bisa ada disampingmu saat kau menginginkannya, sungguh aku pun ingin selalu setiap saat ada, bersamamu, mengajarimu, membaca bersama, bermain bersama, menonton bersama, semua kegiatan favoritmu.
Tapi, apa daya Nak, ini juga bagian dari rencana besar Papa dan Ibun, mengantarmu ke gerbang sukses, membuatmu menjadi anak bahagia PALING NOMOR 1. Jadi terpaksa Ibun harus tetap bekerja, dan di sedikitnya waktu kita bertemu, aku sangat mengharapkan kebahagiaanmu.
Sangga sayang,
Seperti kata Papa, Sangga adalah bintang kejora di langit “kami”, paling terang, paling bersinar, paling cemerlang. Adalah juga tumpahan kasih sayang dari kami berdua. Cinta yang belum pernah tergali sebelumnya, tercurah semua untukmu. Tapi Papa juga Ibun hanya manusia biasa, kadang sering membuatmu kecewa, membiarkanmu menunggu, walaupun itu semua terasa lebih menyakitkan untuk kami daripada yang bisa kau rasakan.
Sangga,
Saat Papa dan Ibun jalan berdua, dan melihat remaja disekitar kami, tahu tidak? Yang kami bicarakan adalah bagaimana nantinya Sangga setelah besar ya? Kami ternyata punya concern yang berbeda, saat aku lebih membayangkan “seseorang” yang akan kau kenalkan nanti kepadaku (kau tau maksudku kan?:) ) seperti apa rupanya kelak? Pintarkah dia, sanggupkah dia membuatmu tertawa, berbahagia, menyeimbangkan hidupmu. Bahkan aku jadi sering memperhatikan gadis-gadis yang terlihat pintar dan baik, aku selalu menyisipkan doa, semoga “seseorangmu” nanti lebih baik dari itu.
Papamu selalu mengkhawatirkan hal yang sangat berbeda, yaitu saat nanti kau minta ijin untuk berpenampilan “punk” atau menindik hidung atau telingamu, atau berpakaian yang, menurut ayahmu, nyeleneh. Dia belum bisa membayangkan reaksi apa yang bisa dia berikan saat itu tiba, sudah pasti dia tidak ingin mengecewakanmu, tapi menerimamu berpenampilan seperti itu,,,pastilah tidak mudah untuknya.
Seperti halnya papamu menertawakan “kekhawatiranku”, aku pun menertawakan “kekhawatirannya”. Bagiku cukup Sangga menjadi orang baik dan bertanggungjawab , the rest, I don’t take in count!
Sangga,
Senyummu, binarmatamu, pelukan tangan kecilmu, celotehan pintarmu adalah obat dari lelah hidup ini. Satu hal saja Sangga, yang ingin aku garisbawahi : Aku dan papa mencintaimu, memperjuangkanmu, membelamu, membanggakanmu, lebih dari hidup dan nyawaku (ya, jangan salahkan kalau papamu lebih mencintai hidupku dari pada hidupnya sendiri,,, heheh that’s little secret for us, babe, dan kau adalah diatas segalanya). Jadi kami ingin kau bahagia dunia dan akhirat, ingin kau menjadi dirimu sendiri, sehat, dan cukup akan hidupmu. Dan ingatlah, kami selalu dibelakangmu, untuk setiap support dan cinta yang kau butuhkan.
Love,
Ibun
it's Alrite, I'm OK
Theres a lot of things I understand,
And theres a lot of things,That I dont want to know.
But youre the only face,I recognize,
its so damn sweet of you,To look me in the eyes.
Its all right, Im o.k.,I think God can explain,
I believe Im the same,I get carried away
Its alright, Im o.k.,I think God can explain
Im relieved, Im relaxed,Ill get over it yet,
The scent of vaseline,In the summertime,
The feel of an ice cube,Melting over time,
The world seems bigger than both of us,
Yet it seems so small,When I begin to cry.
Its all right, Im o.k.,I think God can explain,
I believe Im the same,I get carried awayIts alright,
Im o.k.,I think God can explainIm relieved, Im relaxed,Ill get over it yet,
Im so much better than you guessed,
Im so much bigger than you guessed,
Im so much brighter than you guessed.
Its all right, Im o.k.,I think God can explain,
I believe Im the same,I get carried away
Its alright, Im o.k.,I think God can explainIm relieved, Im relaxed,
Ill get over it yet,Ill get off of your back,I think God can explain.I think God can explain.I think God can explain.
And theres a lot of things,That I dont want to know.
But youre the only face,I recognize,
its so damn sweet of you,To look me in the eyes.
Its all right, Im o.k.,I think God can explain,
I believe Im the same,I get carried away
Its alright, Im o.k.,I think God can explain
Im relieved, Im relaxed,Ill get over it yet,
The scent of vaseline,In the summertime,
The feel of an ice cube,Melting over time,
The world seems bigger than both of us,
Yet it seems so small,When I begin to cry.
Its all right, Im o.k.,I think God can explain,
I believe Im the same,I get carried awayIts alright,
Im o.k.,I think God can explainIm relieved, Im relaxed,Ill get over it yet,
Im so much better than you guessed,
Im so much bigger than you guessed,
Im so much brighter than you guessed.
Its all right, Im o.k.,I think God can explain,
I believe Im the same,I get carried away
Its alright, Im o.k.,I think God can explainIm relieved, Im relaxed,
Ill get over it yet,Ill get off of your back,I think God can explain.I think God can explain.I think God can explain.
Face Book versus Ex
what a silly question,,,, i thought. really, one day my un marriage - un happy friend asking me this question : "Do you feel secure enough if your hubby had a Facebook account??"
"Well, my Hubby has one, and why shouldn’t I feel secure?Why should be worry about it?" I said.
Then, convincingly she said,,, you know, Dini, facebook will let him meet his ex-girl friend, wont him?
You are right, absolutely, I said, he will, and i know one of them is on his friend list. but I bet if he had a particular reason to meet his ex girlfriend,, it is stupid to use facebook account. He will use thousand way to hide it from me right?So why should I worry mate?
"If I were you, i will not let him to have one, you'll be sorry" she said
yeah?I don’t,,,, Like or dislike, we are here now passing and left thousand story behind us,,, sometimes it just go running as time goes by,, some story left in our heart,,, its normal you know. Its call a life
No doubt Pal, It's a sensitive matter, anything relate to “other girl”, but ex girl friend is not really big deal for me. I even think, I should thank them anyway for their good job, to be part of my hubby’s life ago, keeping his heart to be mine now as full as it is.
I heard a lot about marriage life is coming to unhappy season because of “ex important person”, at both side wife or husband. this silly things is coming again and again, to be frankly I was on that situation also. But then I think it is only the way we look on it.One day I read about some article (I forgot the detail), said that men have many rooms in his heart. Each room is dedicated for VIP, such are Best Friends, x girl friend, etc. It does not mean they keep thinking them all the time all the way, it’s not something working like that. The room’s function is a file keeper, nothing really special but sometimes they love to go there to “read again” the story. The other hand women will do reverse. They only have 1 room for the love one. They took long time to get her ex boy friend off. Once they left no way to get her heart back. She will clean up the room and nothing is left about the ex. That is why it hurts women to know that her loves one is having a lot of room on his heart. Women can take it seriously as a betrayal action.
I ever had a conversation with some mature guys in my office environmental, lets say they are in the mid age, more than 44 years old. They still can mention their girlfriend full name even in elementary school and still wondering what they are doing now. Even some of them did a silly thing. Call her home trying to get her mobile number, caught wrong person in the airport because he thought she was the Ex. They did it with no special reason, it doesn’t mean they want to keep it back, no at all, it just about curiosity about their life now.
My hubby of course still remember their name, (so do my ex boyfriend, I bet hehe). But to be frankly I don’t, I really don’t think they are dangerous enemy in my marriage life. They were something but they are not anymore.
I take my self on the same position, lets say I had some memories with other guys before my hubby came to my life. Some are goods, and some left in the bad side.
There are a lot of memories that hard to be forgotten, but for god sake I WONT exchange my life now with the silly past romance. No I will strictly say no. And I do believe my hubby on the same way of my mind on this. if he did not, i will not marrying him now,,,
In one late night when we were ready to go to sleep on bed, I told my hubby about silly conversation between my friend and I that morning.
“so, what do you think babe, should I be afraid of the matter?” a big smile draws on his face,,,
“ No, absolutely no need to be worry,,, just be safe here, right here,,, “ he said with a big hug before I went to deep sleep.
Well, Married is about challenge in every step you make, challenge to keep your ship along and grow strong. I love my hubby and So does he. We met, fall in love, get to know each other and “go crazy” to come to the step of marriage. Yeah, I said its crazy to have a decision to be a forever with the same person in every morning you wake up, if you don’t love him. Marriage is not easy work at all. But it is worthy with the happiness that I’ve got as far.
So let's do facebook again, babe,,,,,,
"Well, my Hubby has one, and why shouldn’t I feel secure?Why should be worry about it?" I said.
Then, convincingly she said,,, you know, Dini, facebook will let him meet his ex-girl friend, wont him?
You are right, absolutely, I said, he will, and i know one of them is on his friend list. but I bet if he had a particular reason to meet his ex girlfriend,, it is stupid to use facebook account. He will use thousand way to hide it from me right?So why should I worry mate?
"If I were you, i will not let him to have one, you'll be sorry" she said
yeah?I don’t,,,, Like or dislike, we are here now passing and left thousand story behind us,,, sometimes it just go running as time goes by,, some story left in our heart,,, its normal you know. Its call a life
No doubt Pal, It's a sensitive matter, anything relate to “other girl”, but ex girl friend is not really big deal for me. I even think, I should thank them anyway for their good job, to be part of my hubby’s life ago, keeping his heart to be mine now as full as it is.
I heard a lot about marriage life is coming to unhappy season because of “ex important person”, at both side wife or husband. this silly things is coming again and again, to be frankly I was on that situation also. But then I think it is only the way we look on it.One day I read about some article (I forgot the detail), said that men have many rooms in his heart. Each room is dedicated for VIP, such are Best Friends, x girl friend, etc. It does not mean they keep thinking them all the time all the way, it’s not something working like that. The room’s function is a file keeper, nothing really special but sometimes they love to go there to “read again” the story. The other hand women will do reverse. They only have 1 room for the love one. They took long time to get her ex boy friend off. Once they left no way to get her heart back. She will clean up the room and nothing is left about the ex. That is why it hurts women to know that her loves one is having a lot of room on his heart. Women can take it seriously as a betrayal action.
I ever had a conversation with some mature guys in my office environmental, lets say they are in the mid age, more than 44 years old. They still can mention their girlfriend full name even in elementary school and still wondering what they are doing now. Even some of them did a silly thing. Call her home trying to get her mobile number, caught wrong person in the airport because he thought she was the Ex. They did it with no special reason, it doesn’t mean they want to keep it back, no at all, it just about curiosity about their life now.
My hubby of course still remember their name, (so do my ex boyfriend, I bet hehe). But to be frankly I don’t, I really don’t think they are dangerous enemy in my marriage life. They were something but they are not anymore.
I take my self on the same position, lets say I had some memories with other guys before my hubby came to my life. Some are goods, and some left in the bad side.
There are a lot of memories that hard to be forgotten, but for god sake I WONT exchange my life now with the silly past romance. No I will strictly say no. And I do believe my hubby on the same way of my mind on this. if he did not, i will not marrying him now,,,
In one late night when we were ready to go to sleep on bed, I told my hubby about silly conversation between my friend and I that morning.
“so, what do you think babe, should I be afraid of the matter?” a big smile draws on his face,,,
“ No, absolutely no need to be worry,,, just be safe here, right here,,, “ he said with a big hug before I went to deep sleep.
Well, Married is about challenge in every step you make, challenge to keep your ship along and grow strong. I love my hubby and So does he. We met, fall in love, get to know each other and “go crazy” to come to the step of marriage. Yeah, I said its crazy to have a decision to be a forever with the same person in every morning you wake up, if you don’t love him. Marriage is not easy work at all. But it is worthy with the happiness that I’ve got as far.
So let's do facebook again, babe,,,,,,
Too much
Aku tau,
Aku selalu memintamu, untuk berjalan bersisian disampingku,,,
"jangan biarkan ku dibelakang mu" pintaku
Aku tau,
aku memintamu, menyelesaikan perang yang tak pernah kau mulai
bahkan tak kau kenal,,,
aku tau,
kau adalah jantung hatiku, detak nadiku, matahariku
dan untuk luka ku itu,
aku mohon padamu
untuk berdiri jauh diatasku
mengasihani aku,,,
aku tau kau
hanya ingin kebahagianku,,,
sekecil apapun itu,,,
aku tau,
aku memohon padamu untuk hal itu
Jakarta, Januari basah 2009
Aku selalu memintamu, untuk berjalan bersisian disampingku,,,
"jangan biarkan ku dibelakang mu" pintaku
Aku tau,
aku memintamu, menyelesaikan perang yang tak pernah kau mulai
bahkan tak kau kenal,,,
aku tau,
kau adalah jantung hatiku, detak nadiku, matahariku
dan untuk luka ku itu,
aku mohon padamu
untuk berdiri jauh diatasku
mengasihani aku,,,
aku tau kau
hanya ingin kebahagianku,,,
sekecil apapun itu,,,
aku tau,
aku memohon padamu untuk hal itu
Jakarta, Januari basah 2009
Cinta atau,,,,???
Alkisah, hiduplah sepasang suami istri. Pasangan muda, punya satu bayi yang mungil belum lagi genap 1 tahun.
Bayi ini merupakan sumber kebahagiaan tiada dua bagi pasangan ini, karena telah dinanti cukup lama.
Mereka teman lama saya, hanya saja saya agak risih dengan kondisi perkawinan mereka.
Suami melarang si istri, pegang HP, harus terus-terusan berganti no HP, tidak boleh keluar rumah, tidak lagi bekerja, dan terus-terusan di check di rumah....
halllaaaaahhhhh, ini bukan cinta... what u called. Cinta itu butuh menghargai, butuh kepercayaan.
Ini bukan soal cemburu yang jadi teman akrabnya cinta, ini soal bagaimana kamu meletakkan pasanganmu di tempatnya. Ini pelecehan. Dan menurut saya itu tindakan yang menyakitkan hati perempuan manapun. Apa yang dipikirkan si suami hingga harus sedemikian rupa "menjaga si istri". Apa dia pikir si istri tidak dapat menjaga kehormatannya.
Tapi,,,,, si istri santai saja, enjoy saja. Dia sebut ini cinta.... puihhhh..... saya yang kebakaran jenggot
Cinta buat saya adalah juga penghargaan dan kepercayaan. Beruntung saya punya suami yang percaya saya, menghargai, menghormati dan selalu mendukung saya.
Saya tau, suami pun tau, godaan ada dimana-mana, disetiap sudut. Saya yakin ada beratus ribu wanita cantik dan seksi yang mungkin menggiurkan suami saya,,, wajar saja dia lelaki normal. Tapi saya percaya suami saya, sampai detik ini dia masih punya hati nurani, punya tujuan hidup, yang tidak akan dihancurkannya untuk godaan sesaat semacam ini.
Suami pun tau, disekitar dunia kerja saya, dimanapun, selalu saja ada lelaki charming yang suka berdiskusi dengan istrinya, yang mungkin memiliki pemikiran yang memesona. Tapi satu yang pasti, saya, perempuan, punya hati nurani, punya kehormatan, punya tujuan hidup yang tidak akan tergadai dengan godaan seperti itu....
ini bukan cinta,,,, ini pelecehan dalam rumah tangga, mate!
Bayi ini merupakan sumber kebahagiaan tiada dua bagi pasangan ini, karena telah dinanti cukup lama.
Mereka teman lama saya, hanya saja saya agak risih dengan kondisi perkawinan mereka.
Suami melarang si istri, pegang HP, harus terus-terusan berganti no HP, tidak boleh keluar rumah, tidak lagi bekerja, dan terus-terusan di check di rumah....
halllaaaaahhhhh, ini bukan cinta... what u called. Cinta itu butuh menghargai, butuh kepercayaan.
Ini bukan soal cemburu yang jadi teman akrabnya cinta, ini soal bagaimana kamu meletakkan pasanganmu di tempatnya. Ini pelecehan. Dan menurut saya itu tindakan yang menyakitkan hati perempuan manapun. Apa yang dipikirkan si suami hingga harus sedemikian rupa "menjaga si istri". Apa dia pikir si istri tidak dapat menjaga kehormatannya.
Tapi,,,,, si istri santai saja, enjoy saja. Dia sebut ini cinta.... puihhhh..... saya yang kebakaran jenggot
Cinta buat saya adalah juga penghargaan dan kepercayaan. Beruntung saya punya suami yang percaya saya, menghargai, menghormati dan selalu mendukung saya.
Saya tau, suami pun tau, godaan ada dimana-mana, disetiap sudut. Saya yakin ada beratus ribu wanita cantik dan seksi yang mungkin menggiurkan suami saya,,, wajar saja dia lelaki normal. Tapi saya percaya suami saya, sampai detik ini dia masih punya hati nurani, punya tujuan hidup, yang tidak akan dihancurkannya untuk godaan sesaat semacam ini.
Suami pun tau, disekitar dunia kerja saya, dimanapun, selalu saja ada lelaki charming yang suka berdiskusi dengan istrinya, yang mungkin memiliki pemikiran yang memesona. Tapi satu yang pasti, saya, perempuan, punya hati nurani, punya kehormatan, punya tujuan hidup yang tidak akan tergadai dengan godaan seperti itu....
ini bukan cinta,,,, ini pelecehan dalam rumah tangga, mate!
Gadis Pantai,,,
Sampai tadi malam, sudah kali ketiga saya membaca novel "Gadis Pantai" karya Pramoedya Ananta Toer. Dan untuk ketiga kalinya juga saya menangis, tersedan, saya terharu dan tersentuh,,, untuk kaumku, kaumku perempuan.
Tak henti-hentinya saya bersyukur. Bersyukur yang kadang sering saya lupakan, terlupakan karena dalam pikiran sempit seorang saya, semua terlihat begitu biasa, tidak ada yang istimewa. Padahal jika saya memandang balik jauh ke belakang, ke sejarah bangsa kita yang kelam dan panjang, betapa saya harusnya begitu mensyukuri hidup saya, beruntung hidup di massa ini. Saya mendapatkan segala kesempatan, kebebasan, kemerdekaan hidup, kemerdekaan memilih, kemerdekaan dari rasa takut dan mendapatkan cinta yang dengan (alhamdulillah) begitu mudahnya jika dibandingkan dengan kaum saya di massa lampau.
Gadis pantai, bersetting cerita di pesisir utara pantai jawa. Hidup sederhana dengan saudara-saudara dan emak Bapaknya di sebuah desa nelayan. Mereka miskin, tak selalu bisa makan nasi, semua penduduk desa harus bertaruh nyawa untuk mengeruk hasi laut sebagai sumber pencaharian mereka. Tapi meski miskin dan kadang dipukuli orang tuanya, gadis pantai bahagia, karena memiliki kemerdekaannya, kemerdekaan hatinya, kebebasan untuk menjadi dirinya, berteriak, menangis, berekspresi dan menunjukkan cintanya, memiliki yang dimilikinya.
Semua terampas sejak dia, si gadis pantai, di peristri atau lebih tepatnya menjadi selir seorang Bendoro, orang kaum atasan. Hidup di Gedong dengan tubuh membumbung harum wewangian.
Kontradiksi yang diciptakan oleh Almarhum Pak Pram selalu membuat saya bergetar. Antara kehilangan kebebasan yang sangat menyiksa dan perasaan ingin memiliki dan dimiliki selamanya, kebahagian menjadi milik bendoro dan perasaan cemas akan goyahnya posisi istri yang dipegangnya. antara berpisah dengan bayi yang dilahirkannya karena harapan agar anaknya hidup lebih baik dan keinginan untuk membesarkannya, berada dekat dengannya.
Pertama kali membaca, kala itu saya masih tinggal di jogjakarta, mahasiswi, buku pun saya pinjam dari sahabat saya. Perasaan saya saat itu lebih ke arah marah, marah karena kaum saya diperlakukan bagai benda tak bernyawa, hanya alat. Sedih, sedih karena kaum saya tak sanggup berjuang untuknya.
Kali kedua saya membaca di ulang tahun saya yang ke 25 tahun, hadiah ulang tahun dari pacar saya (suami sekarang). saya masih meneteskan airmata terharu karena kaum saya, perempuan, tidak punya hak yang sama, tidak punya kesempatan, tidak bisa mencintai, memilih dan mencintai yang dicintai. Tidak bisa berkata "kau milikku" tidak punya hak sama sekali.
Kini, saya kembali menangis, lebih haru dari kedua pengalaman sebelumnya. Karena kini saya tahu artinya menjadi seorang istri, saya haru karena tau rasanya seorang Ibu.
Dan kembali saya bersyukur sekali, saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang cukup demokratis, saya diberikan kesempatan berkembang, hidup, memilih, dan mencapai cita-cita saya sendiri.
(Singkatnya) lalu saya menerima lamaran suami saya, karena saya telah memilih. dan meski suami adalah seorang yang super sibuk, selalu pulang malam dan kadang menginap di kantor, tapi dia bukan bendoro gadis pantai(yang juga sering lama tidak pulang), dia laki-laki penuh kasih, penuh pengertian, dan satu hal lagi sangat menghormati hak saya, sangat menghargai perasaan saya, bangga akan apa yang telah saya raih.
Dan saya bersyukur sekali, karena tidak seperti gadis pantai, saya bisa membesarkan anak saya sendiri, berkesempatan memberikannya ASI hingga kini di usianya yang menginjak 1 tahun 8 bulan. Saya bersyukur sekali tidak (dan jangan sampai) dipisahkan dengan anak saya.
Saya tau, gadis pantai hanya roman, tapi saya percaya, Pak Pram menulis pada setting waktu, tempat saat itu jamak perempuan yang diperlakukan tak adil seperti itu.
Dan hari ini berakhir dalam sesitifitas terhadap gender yang sedemikian besarnya
Tak henti-hentinya saya bersyukur. Bersyukur yang kadang sering saya lupakan, terlupakan karena dalam pikiran sempit seorang saya, semua terlihat begitu biasa, tidak ada yang istimewa. Padahal jika saya memandang balik jauh ke belakang, ke sejarah bangsa kita yang kelam dan panjang, betapa saya harusnya begitu mensyukuri hidup saya, beruntung hidup di massa ini. Saya mendapatkan segala kesempatan, kebebasan, kemerdekaan hidup, kemerdekaan memilih, kemerdekaan dari rasa takut dan mendapatkan cinta yang dengan (alhamdulillah) begitu mudahnya jika dibandingkan dengan kaum saya di massa lampau.
Gadis pantai, bersetting cerita di pesisir utara pantai jawa. Hidup sederhana dengan saudara-saudara dan emak Bapaknya di sebuah desa nelayan. Mereka miskin, tak selalu bisa makan nasi, semua penduduk desa harus bertaruh nyawa untuk mengeruk hasi laut sebagai sumber pencaharian mereka. Tapi meski miskin dan kadang dipukuli orang tuanya, gadis pantai bahagia, karena memiliki kemerdekaannya, kemerdekaan hatinya, kebebasan untuk menjadi dirinya, berteriak, menangis, berekspresi dan menunjukkan cintanya, memiliki yang dimilikinya.
Semua terampas sejak dia, si gadis pantai, di peristri atau lebih tepatnya menjadi selir seorang Bendoro, orang kaum atasan. Hidup di Gedong dengan tubuh membumbung harum wewangian.
Kontradiksi yang diciptakan oleh Almarhum Pak Pram selalu membuat saya bergetar. Antara kehilangan kebebasan yang sangat menyiksa dan perasaan ingin memiliki dan dimiliki selamanya, kebahagian menjadi milik bendoro dan perasaan cemas akan goyahnya posisi istri yang dipegangnya. antara berpisah dengan bayi yang dilahirkannya karena harapan agar anaknya hidup lebih baik dan keinginan untuk membesarkannya, berada dekat dengannya.
Pertama kali membaca, kala itu saya masih tinggal di jogjakarta, mahasiswi, buku pun saya pinjam dari sahabat saya. Perasaan saya saat itu lebih ke arah marah, marah karena kaum saya diperlakukan bagai benda tak bernyawa, hanya alat. Sedih, sedih karena kaum saya tak sanggup berjuang untuknya.
Kali kedua saya membaca di ulang tahun saya yang ke 25 tahun, hadiah ulang tahun dari pacar saya (suami sekarang). saya masih meneteskan airmata terharu karena kaum saya, perempuan, tidak punya hak yang sama, tidak punya kesempatan, tidak bisa mencintai, memilih dan mencintai yang dicintai. Tidak bisa berkata "kau milikku" tidak punya hak sama sekali.
Kini, saya kembali menangis, lebih haru dari kedua pengalaman sebelumnya. Karena kini saya tahu artinya menjadi seorang istri, saya haru karena tau rasanya seorang Ibu.
Dan kembali saya bersyukur sekali, saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang cukup demokratis, saya diberikan kesempatan berkembang, hidup, memilih, dan mencapai cita-cita saya sendiri.
(Singkatnya) lalu saya menerima lamaran suami saya, karena saya telah memilih. dan meski suami adalah seorang yang super sibuk, selalu pulang malam dan kadang menginap di kantor, tapi dia bukan bendoro gadis pantai(yang juga sering lama tidak pulang), dia laki-laki penuh kasih, penuh pengertian, dan satu hal lagi sangat menghormati hak saya, sangat menghargai perasaan saya, bangga akan apa yang telah saya raih.
Dan saya bersyukur sekali, karena tidak seperti gadis pantai, saya bisa membesarkan anak saya sendiri, berkesempatan memberikannya ASI hingga kini di usianya yang menginjak 1 tahun 8 bulan. Saya bersyukur sekali tidak (dan jangan sampai) dipisahkan dengan anak saya.
Saya tau, gadis pantai hanya roman, tapi saya percaya, Pak Pram menulis pada setting waktu, tempat saat itu jamak perempuan yang diperlakukan tak adil seperti itu.
Dan hari ini berakhir dalam sesitifitas terhadap gender yang sedemikian besarnya
Langganan:
Postingan (Atom)